Mobile Edition
By Blogger Touch

Monday, July 4, 2011




Dengan balutan Antologi Dokumenter, Working Girls hadir dengan kisah yang menyentuh dan penuh makna. Kisah tiga wanita berbeda yang menjadi tulang punggung di kehidupan keluarga mereka. Working Girlsdihasilkan oleh sineas yang berhasil terpilih untuk membuat cerita dari tiga latar belakang yang berbeda.
 
5 Menit Lagi Ah.. Ah.. Ah
 
Disutradarai oleh Sammaria Simanjuntak dan Sally Anom, film ini mengangkat kisah Ayu Riana. Gadis belia berusia 14 tahun yang  menjadi andalan keluarga untuk mencari nafkah sejak dirinya memenangkan kontes dangdut yang diadakan salah satu televisi nasional di tahun 2008. Hidup Ayu berubah drastis, sejak saat itu ia harus menyanyi dari satu acara ke acara lainnya demi menghidupi keluarganya. 
 
Di tengah jadwal yang padat, serta tekanan dari keluarga dan kesibukkannya sebagai pelajar, timbul satu pertanyaan. Apakah impian Ayu yang sebenarnya?
 
5 Menit Lagi Ah.. Ah.. Ah menggambarkan bagimana seorang anak dijadikan objek oleh orang tuanya. Anak yang seharusnya mendapat pendidikan serta kasih sayang dari orang tua, malah menjadi sumber mata pencaharian bagi keluarga. Ketangguhan Ayu teruji saat tidak pernah mengeluh dan tampak menikmati dunianya itu.  
 
Asal Tidak Ada Angin
 
Kamek dan teman-temannya adalah perempuan yang loyal terhadap pilihan mereka atau memang tidak tahu harus bekerja sebagai apa selain menjadi seniman pertunjukan tradisional Jawa. Mereka hidup dari panggung ketoprak di sebuah lapangan luas yang mereka sulap sebagai arena mencari uang sekaligus rumah mereka. 
 
Yosep Anggi Noen yang menjadi sutaradara Asal Tidak Ada Angin seperti ingin menggambarkan kepada penonton bahwa kisah Kamek dan kawan-kawan adalah sebuah jalan hidup yang tidak bisa dihindarinya lagi. Panggung ketoprak adalah jalan satu-satunya untuk bertahan hidup.
 
Ulfie Pulang Kampung
 
Daud Sumolang dan Nitta Nazyra C. Noer fokus mengangkat kisah waria bernama Ulfie. Berasal dari Aceh, Ulfie kini tinggal di Jakarta dan memiliki sebuah salon kecantikan. Walau jauh dari keluarga, ia tidak lupa untuk rutin mengirimkan uang kepada ibu dan abang-abangnya yang masih tinggal di Aceh. 
 
Setelah sekian tahun Ulfie akhirnya memutuskan untuk pulang kampung dan menemui keluarganya. Sukses menyambangi satu per satu anggota keluarganya, Ulfie dihadapkan dengan situasi teman sesama transgendernya banyak yang meninggal karena HIV/AIDS. Ulfie juga masih merahasiakan penyakit HIV nya kepada keluarga. Mampukah Ulfie menghadapi tekanan hidup?
 
Ulfie Pulang Kampung tampil lebih personal, sosok Ulfie menjadi magnet bagi duet sutradara. selain menangkap kehidupan Ulfie yang tak kenal lelah, film ini juga menjadi sebuah kampanye bagi mereka yang beresiko dengan HIV/AIDS. (deri)


Sumber:21cineplex

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 bioskop. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Best Web Hosting.